Selasa, 03 Januari 2012

Penyakit Jantung Koroner


Hindari Penyakit Jantung Koroner dengan Menerapkan Pola Hidup Sehat

Penyakit jantung merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Ada berbagai macam penyakit jantung, tetapi penyakit jantung yang umumnya ditakuti adalah jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat menyerang pada usia produktif dan menyebabkan serangan jantung hingga kematian mendadak.
- Mengenal Penyakit jantung
Sebagaimana anggota tubuh yang lain, jantung juga memerlukan oksigen dan zat makanan sebagai sumber energi agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung akan bekerja baik jika pasokan dan pengeluaran seimbang. Jika pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit itu artinya pasokan makanan berkurang. Pasokan zat makanan ke jantung harus selalu lancar karena jantung terus bekerja tanpa henti. Bagian yang bertugas memasok oksigen dan zat makanan ini adalah pembuluh darah koroner. Jadi, penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah koroner.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian.
Penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri koroner disebabkan zat lemak (kolesterol dan trigliserida) yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrien ke jantung karena aliran darah ke
jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pengerasan arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis.
Awalnya penyakit jantung dimonopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang memunculkan “tren penyakit” baru yang bersifat degeneratif. Sejumlah perilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stres.
- Rangkaian Gejala Penyakit Jantung
Rangkaian penyebab terjadinya penyakit jantung bersifat multifaktorial. Arteriosklerosis diyakini sebagai rangkaian pertama penyebab penyakit jantung. Berikut urutan gejala terjadinya penyakit jantung.
Pembentukan Plak
Plak adalah substansi lemak dalam darah (seperti kolesterol) yang sering terbentuk di dalam dan di sekitar otot polos arteri. Akibat pembentukan plak terjadi hambatan dalam pembuluh darah yang menghalangi aliran darah. Plak arteriosklerosis dapat menutup sebagian atau seluruh rongga arteri yang terkena dan menyebabkan arteriosklerosis.
Angina
Plak dari kolesterol menyebabkan aliran darah yang kaya oksigen ke jantung menjadi terhambat sehingga otot jantung mengalami angina. Angina adalah rasa nyeri pada otot jantung yang disebabkan terjadinya penyumbatan (penyempitan) lebih dari 50% pada arteri koroner. Sinyal berupa nyeri (angina) ini akan dikeluarkan ketika terjadi serangan jantung iskemia.
Angina Pektoris
Gejala penyakit jantung koroner seperti rasa nyeri atau sesak di dada hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri ini terasa pada dada bagian tengah, kemudian menyebar ke leher, dagu, dan lengan. Rasa nyeri tersebut akan hilang beberapa menit kemudian. Namun, gejala seperti ini sering tidak disadari oleh penderita dan sulit dibedakan apakah ini merupakan serangan jantung atau bukan. Umumnya orang merasakan hal tersebut seperti “tidak enak badan” saja. Gejala lainnya adalah rasa tercekik (angina pektoris). Kondisi seperti ini timbul secara tak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misalnya fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional.
Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi jika ada hambatan total pada arteri koroner. Serangan jantung tidak seperti angina karena berlangsung lebih lama. Rasa nyerinya lebih berat dan tidak hilang dengan istirahat ataupun obat. Serangan jantung mengakibatkan kerusakan otot jantung yang permanen.
- Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung koroner.
Faktor yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko yang termasuk dalam faktor ini adalah jenis kelamin, usia (di atas 40 tahun), dan riwayat keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner.
Berikut penjelasan dari ketiga faktor risiko tersebut.
Jenis Kelamin
Pria lebih berpotensi terkena serangan jantung dibandingkan dengan wanita. Walaupun begitu, bukan berarti wanita terbebas sepenuhnya dari risiko penyakit jantung koroner. Pada usia muda, memang lebih sedikit wanita yang terkena penyakit jantung koroner. Namun, pada wanita usia 65 tahun lebih atau wanita usia menopause, besarnya risiko terserang penyakit ini sama dengan pria. Risiko lebih tinggi akan dialami pula oleh wanita berusia di atas 35 tahun yang memiliki kebiasaan merokok.
Usia
Jika usia sudah di atas 40 tahun, semua faktor risiko akan semakin meningkat.
Keturunan
Keturunan atau genetik tidak bisa diabaikan sebagai faktor risiko terkena penyakit jantung koroner. Dengan mengetahui riwayat keluarga yang lebih berisiko terkena jantung koroner akan menolong penderita lebih waspada dalam mengantisipasi terjadinya serangan.
Faktor yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang dapat diubah atau dikendalikan, artinya kita dapat melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner. Berikut faktor risiko yang dapat diubah untuk mencegah terkena penyakit jantung koroner.
Kelebihan Berat Badan (Obesitas)
Kegemukan menyebabkan beban jantung semakin berat. Selain itu, timbunan lemak dalam otot jantung dapat mengganggu efisiensi gerakan jantung.
Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor utama terkena penyakit jantung koroner. Hipertensi dapat merusak bagian dalam pembuluh arteri, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan pembekuan darah. Jika hal ini terjadi pada jantung, maka akan menyebabkan serangan jantung.
Diabetes Melitus
Penyakit ini memiliki peran besar sebagai pemicu terjadinya penyakit jantung dan stroke. Diabetes tipe 2 umumnya dihubungkan dengan obesitas dan dapat dicegah dengan menjaga berat badan ideal melalui olahraga dan gizi yang seimbang. Adanya penyakit diabetes juga memicu risiko terjadinya penyempitan pembuluh darah dan arteriosklerosis.
Kadar Lemak Darah (Kolesterol) Tinggi
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Risiko terjadinya arteriosklerosis dan serangan jantung juga dipengaruhi oleh kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat. Jika kolesterol yang tersedia lebih banyak dari yang dibutuhkan, LDL akan beredar dalam aliran darah dan akhirnya akan berakumulasi di dinding arteri. Akibatnya, akan terbentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit.
Merokok
Zat nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri dan faktor pembekuan darah. Keadaan seperti ini dapat memicu penyakit jantung dan stroke. Perokok berisiko terkena stroke dan jantung koroner dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Jika tubuh kurang bergerak maka timbunan lemak lebih cepat terkumpul karena tidak terjadi pembakaran berkala dari energi yang masuk ke dalam tubuh. Karena itu, risiko terjadi obesitas semakin tinggi. Otot jantung juga tidak dapat bergerak dengan baik. Hal ini akan memperberat risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Stres
Stres yang terus-menerus akan memacu kerja jantung dan merangsang pembentukan adrenalin yang berpengaruh buruk pada kesehatan pembuluh jantung. Tingkat stres yang tinggi sangat membahayakan kesehatan. Menurut penelitian ahli kesehatan klinis, stres dapat memicu semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi. Akibatnya dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung dan meningkatkan denyut jantung sehingga mengganggu suplai darah ke jantung.
Kepribadian seseorang juga ternyata bisa menjadi pemicu timbulnya stres. Seseorang yang selalu ingin menang pada setiap kompetisi atau persaingan, sangat agresif, lekas marah, dan bermusuhan, lebih mudah terkena stres. Akibatnya, orang tersebut juga berisiko terserang penyakit jantung koroner.
Orang yang memiliki tiga dari beberapa faktor risiko di atas memiliki peluang terserang penyakit jantung enam kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya memiliki satu faktor risiko. Faktor risiko penyakit jantung sangat berkaitan dengan diet. Bagaimana pun pengaturan gizi sangat berperan dalam menekan beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan, sehingga memberi kontribusi dalam pencegahan dan pengobatan penyakit jantung koroner.
Pencegahan
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor risiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. Sebagaimana kita ketahui, arteriosklerosis merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, dan penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah lainnya.
Kita dapat mencegah terjadinya arteriosklerosis dengan melakukan beberapa cara, sebagai berikut.
- Mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah. Hipertensi merupakan faktor utama terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
- Berhenti merokok dan menghindari asap rokok.
- Berolahraga secara teratur. Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan,
mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor risiko lain terkena penyakit jantung.
- Mengurangi berat badan jika Anda merasa gemuk. Dengan mengurangi berat badan,
berarti juga mengurangi beban kerja jantung.
- Menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Caranya memperbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak tak jenuh. Kadar kolesterol harus selalu di bawah 200 mg%, LDL di bawah 150 mg%, dan HDL di atas 50 mg%.
- Mengurangi konsumsi makanan yang berlemak dan berkalori tinggi (daging merah dengan lemaknya, daging ayam dan kulitnya, gorengan, gula, serta makanan manis) untuk menjaga kadar gula, kolesterol, dan trigliserida. Selain itu, usahakan kadar trigliserida kurang dari 200 mg%, kadar gula darah puasa 120 mg%, kadar gula darah post prandial (2 jam setelah makan) tidak lebih 160 mg%.
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung antioksidan guna mencegah kerusakan pembuluh darah akibat radikal bebas.
- Mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung asam folat dan vitamin B guna menurunkan kadar homosistein dalam darah.
- Mengurangi stres.
- Mengurangi minuman beralkohol. Alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri
- Melakukan meditasi dan yoga.
- Jika diperlukan, minumlah obat-obat pencegah arteriosklerosis yang dianjurkan oleh dokter. Dalam mengonsumsi obat ini, lebih baik Anda mendapat pengawasan dari dokter untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar